Minggu, 30 September 2012

Pendakian Sumbing, Alam Sunyi Sumbing.




Ya... tak akan lari mereka dikejar, tunggulah...tunggulah saat edelwies memutih bersih, sungai-sungai hutan mengalir gemricik, dan hutan cemara bersanding montane tampak rimbun menghijau. Saat itu akan ada ladang sabana ilalang segar menghias lembah. Sunyi dan damai. Engkau tahu apa yang nantinya engkau rasa. Tak akan malu engkau berkata “aku tak mau pulang cepat, biarkanlah aku berlama-lama”, dan tak akan lelah kau bermain dengan pasir di kaldera puncak sambil menulis nama, dan mungin tak akan segan engkau berkata “aku tidak mau lupa, aku tidak mau mata ini saja yang menjadi saksi”... Tapi tunggulah,,karena itu tidak sekarang.
http://mukidi.files.wordpress.com/2009/11/kawasan-lindung-dengan-tembakau.jpg

……………




Sms-sms yang terus “mengganggu” meminta toong ke saya berdatangan akhir-akhir ini, salah satunya pendakian ke Sumbing, mau tak mau membuat tulisan ini hadir juga. Yeah..sudah saya bilang saya tidak mau mengantar! Bukan karena padatnya jadwal, bukan karena tidak sempat, bukannya saya tidak bisa, tapi saya tidak mau. Karena ini bulan september dan masih menuju oktober,  yakinlah kalian tidak akan melihat hal-hal yang menurut saya indah untuk dinikmati, disyukuri, dan diabadikan, walaupun itu memang selera masing-masing. Tapi kesunyian dan kedamaian dari nada-nada alam dan lukisan Tuhan memang menurut saya akan sulit ditemukan di bulan-bulan ini. Bulan september-okteber hitungan musim masih masuk musim kemarau untuk tahun ini. Ok..simak saja dulu biar setidaknya tahu dan tidak terlalu ingin untuk sekarang. Ehm....tidak terlalu ingin? Jangan-jangan malah semakin mengganggu saya?? Hehehe. Ok lah dengan senang hati akan saya jawab “Saya tetap tidak mau!!”



Pendakian Sumbing melaui Cepit menghadirkan cerita baru dalam pendakian. Dengan ketinggian 3.371 mDp atau 11.060 kaki, gunung ini memang salah satu tertinggi di Jawa Tengah. Dan baru kali ini saya mendaki dan hanya kami lah team yang mendaki. Tampak sepi. Tidak tahu apakah kami yang salah memilih hari atau memang jarang-jarang yang mendaki disini. Terlihat sunyi, namun damai.....
 ..............

Alam Sunyi Sumbing, Cepit Hanyalah Sebuah Awalan..


Tampak Gunung sindoro dari jalur cepit


Dari yang saya tahu, sumbing ternyata memiliki ratusan jalur lho!!. Iyakah?? Iya kalau jalur motor. Bisa dari semarang, lewat ungaran, lewat purwodadi lalu muter, lewat jogja lalu balik lagi he.he. Maaf, maksudnya mendaki ya?, bila mendaki maka akan ada dua jalur, Cepit dan Garung. Maaf saya cuma mau cerita bagian cepitnya, tidak yang jalur Garung (ya jelas,,saya baru sekali ke Sumbing)

Dari Temanggung kami bergerak menuju Jalur Cepit, kurang lebih 15 Km. Cepit berada di wilayah pedesaan Pager Gunung, kec. Bulu. Sekali lagi mungkin karena pendakian ke Sumbing  melalui Cepit tidak seramai macam Pendakian Lawu, Pendakian Merapi, ataupun bahkan ungaran sehingga kami tidak akan menemukan Basecamp disana. Basecamp hanya ada di jalur Garungnya. Maka, pintar-pintarlah meloby warga Cepit untuk penitipan motor dan pnginapan, pasti disediakan, orang gunung baik-baik, sama kaya orang-orang laut.

Ada sedikit yang membedakan antara jalur Garung dan Jalur Cepit.. Keungguan jaur Garung adaah lebih populer dan lebih mudah (katanya). Sedangkan Cepit juga tidak kalah, walaupun memiliki jalur sulit nan terus menanjak namun memiliki sabana yang dipastikan lebih indah dari garung (katanya juga)
Memang benar adanya....Ternyata jalur Cepit sangatlah menanjak. Lebih menanjak dari pendakian-pendakian sebelumnya yang pernah saya lalui. Dari pos Cepit kami melalui perkebunan warga menanjak hingga 3 Km. 1-2 jam jalan untuk melewatinya, tapi kami hanya membutuhkan waktu 10 menit saja untuk melewatinya! Luar biasa...! Ya..terimakasih untuk bapak tempat menginap kami yang memberikan tumpangan motor hingga kami cepat melewatinya hehe. Dari pos cepit sampai melewati kebun warga kita masih bisa menggunakan motor.


Di awal-awal Jalur sudah sempit dan terus menanjak
Sedikit pengetahuan, lahan pertanian ini memang sangat indah dipandang, tapi sebenarnya memberikan ancaman pada penduduk sekitar. Tipe tanaman yang tertanam hanya berupa tanaman sayur semacam kobis, kacang, wortel, tembakau tanpa adanya tipe tanaman pohon penguat lahan bisa merubah kontur dari lereng dan bisa jadi kasus-kasus longsor yang terjadi di lereng berawal mula dari sini. Menanam sayur Ok, menjaga dengan menanami tumbuhan pertanian juga ok dung biar seimbang. Jangan sampai ini menjadi pertanda bahwa Tuhan ingin mengingatkan, jangan sampai..

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar) Q.S. Ar-Rum:41

Semoga saja tidak...

10 menit berselang kami akan menemukan jalan pertigaan dan sebuah bangunan. Ambilah jalur kekiri pada pertigaan itu hingga melihat pos pengamatan. Dari sini isilah botol air kalian dengan air sungai yang cukup segar mengalir di kanan jalur pendakian. Tidak tahu apakah masih ada sungainya atau tidak bila musim kemarau..perjalanan membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai ke pos 1. 


Hutan campuran


Dari pos 1 tempat bermalam kami beranjak ke pos 2. Dari sini perjalanan mulai terlihat sulit karena ilalang-ilalang mulai menjadi halangan. Ilalang yang tumbuh di sepanjang jalan pendakian bisa mencapai 1-1,5 meter. Jadi saya sarankan gunakanlah pakaian lengan panjang agar tidak tersayat. Perjalanan normal membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam hingga sampai di pos 2, sebuah lahan kosong seluas 70 m2. Kalau anda pendaki pemula saya sarankan tidak mendirikan tenda disini karena angin gunung di malam hari akan terus-menerus menerjang anda.
Dari sini pos bisa dimanfaatkan untuk bermalam. Perjalanan dari pos pengamatan sampai ke pos 1 akan melewati hutan cemara dan hutan montane yang sangat rindang.
 

Pos 1


Pos 2
Ya...kami putuskan tidak beristirahat disini.

Sedikit pengetahuan  lagi, ada baiknya ketika kita akan mendaki perlu untuk melatih. Tidak perlu yang berat-berat. Coba ketika libur anda targetkan jalan kaki sejauh 5 Km..dalam jangka itu berapa kali anda berhenti, berapa kali anda minum, dan berapa kali anda makan. Jujur saja saya sudah biasa jalan kaki bulusan-ngesrep (bagi warga semarang pasti tahu) jarak sekitar 3 Km bila pulang kampong biar mengetahui dan membiasakan jalan. Dan itu sangat efektif..mungkin memang benar, terlatih karena berlatih.

..................

Alam Sunyi Sumbing, Rumput Menghijau itu Hanyalah Sebuah Awalan..
Sudah siap melanjutkan??? Ini dia!!



Mencapai padang rumput

Inilah yang membuat kami selalu yakin bahwa menjaga alam itu memang penting, betapa padang rumput yang hijau ini akan hilang bila keseimbangan & keindahan karya Tuhan dengan semena-mena dan sombongnya kita kotori dan kita hanguskan.
Dari pos 2 sampai pos 3 kami melalui sebuah tanjakan-tanjakan yang cukup curam dan indah. Seorang team kami yang kebetulan menjadi leader bahkan sampai bilang padang rumput jalur cepit adalah salah satu padang rumput terindah diantara pegunungan-pegunungan di Jawa.



Hijaunya menentramkan hati kami
Sebenarnya jalur ini cukup dilewatii dalam waktu 1 jam. Namun mata kami seakan-akan tidak ingin melewati begitu saja. 2 jam kami baru “mau” melewati padang rumput itu. Semakin ke atas padang rumput semakin jarang dan dimulai pendakian yang agak sulit. Dari sini kami melewati tebing yang cukup curam. Pendaki pemula harus menyiapkan fisik karena ketinggian elevasi yang memang mulai seru untuk tertaklukkan, tebing yang dilalui akan memutar dan menanjak hingga sampai watu kotak (batu kotak). Banyak batu besar berbentuk kotak nan kokoh yang melewati jalur ini, sangat nyaman untuk tempat istirahat. Dan kalian tahu cerita seanjutnya ?.....1 jam lagi setelah melewati jalur memutar ini anda akan sampai puncak.

Ok..menikmati pemandangan dulu ya..kebetulan saya lelah.



Jalan sudah cukup terjal

Luuasan Sabana lereng

elevasi hampir 75 derajat
Foto dari bawah


mendekati pos 3 ada sungai kecil ketika musim hujan, isi air dulu sambil narsis

lelah
parit kecil
hiasan rumput dengan pohon-pohon kering

tanjakan



 Yup..mata sudah termanjakan, kamera sudah cukup menjadi saksi bahwa jejakan kami suatu saat akan menjadi cerita, air riak-riak kecil berbentuk parit yang kami temukan di antara sabana rumput ilalang dan terteguk dari botol usang kemasan air sudah membasahi tenggorokan, kami lanjutkan perjalanan satu jam dari lereng terjal menuju puncak. Batu-batuan yang berasal dari proses gerakan lempeng bumi menyeruak besar ke permukaan menghias punggung gunung membuat perjalanan kami terpaksa harus sedikit memutar dan berkelok mencari medan yang lebih mudah untuk dilewati. Titik puncak akan bisa diketahui ketika sampai batu kotak, sebuah batu besar, hal ini menandakan hampir sampai puncak


Batu kotak (ada tulisannya kok hehe)
Hingga akhirnya keletihan kaki dan pundak kami terbayarkan oleh setitik karya Sang Maha Indah.

.......................

Alam Sunyi Sumbing, Bahkan Puncak Inipun Hanyalah Sebuah Awalah.....

Sebuah karya ada karena ada yang mencipta, itu adalah sebuah logika yang sederhana. Begitu juga dengan sunyi keindahan panorama Sumbing. Sebuah karya yang tentu sengaja Diciptakan OlehNya. Oleh Tuhan, Allah SWT,,,Tentu! Siapa lagi kalau bukan Dia?? Kamu? Hehe. Dialah satu-satunya.

Karya yang sengaja ditunjukkan olehNya agar hambaNya tahu betapa Maha Besarnya Dia, betapa Maha indahnya Dia, betapa Maha penciptanya Dia.

Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuknya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (an-Naml: 61)

Kami diijinkanNya untuk menapak keindahan takdir di atas kesunyian Sumbing. Saat itu mungkin keindahan tidak akan begitu terlihat bila kealamian ini tidak dibarengi kesunyian. Damai.....

Sajian puncak akhirnya terlihat di antara serpihan batu yang masih tampak megah. Puncak buntu namanya. Di bagian puncaknya terdapat kawah sumbing yang masih aktif dan terus mengeluarkan asap dan lautan pasir sisa kawah yang telah membeku. Hati-hati bila beristirahat disini, karena terlalu lama di kawah ini pengaruh dari belerang akan membuat kepala kita menjadi sangat pusing.



Puncak


Bentangan  kawah yang sudah membeku bisa sampai seluas 2 kali lapangan bola. Sebenarnya itu bukanlah tanah tertinggi di sumbing, karena kawah-kawah itu adalah lembahnya puncak. Sangat sulit mencapai puncak bila tidak memakai peralatan pendakian tebing. Disinilah kami berhenti untuk sekedar istirahat dan bersyukur akan pesona keindahannya.
taman edelwies di tebing puncak

Ok kawan…seandainya semua tulisan ini bisa dicopy lewat HP dan bisa di smskan tentu segera saya messagekan ke kalian yang terus memassage saya untuk membantu mengantar di bulan-bulan sekarang agar bersabar dulu untuk menanti saat-saatyang indah, jangan sekarang, karena saya pastikan sulit kalian temukan putih mekar edelwies, pohon tua montane dengan cemara yang menghijau, sabana-sabana ilalang yang mendamaikan, dan gemericik air di sungai pendakian.

Dan sebenarnya pendakian dari awal hingga puncak ini sebenarnya hanyalah sebuah awalan…ya arena pendakian terhebat bukanlah, di sumbing, di semeru ataupun dimana gunungnya, karena pendakian terhebat adalah kehidupan ini sendiri, diri kita sendiri, bagaiman kita bisa menaklukkan diri, sejauh mana kita mampu terus berusaha tanpa sedikitpun putus asa untuk mendapati apa yang kita mimpikaan..
Sunyi alam sumbing….mengajarkan fikiran ini untuk terus bersyukur, belajar & pantang berputus asa.




ladang ilalang
lereng puncak


2 wanita tangguh
istirahat 1 jam, habis itu beli panadol (pada pusing akibat beerang hehe)
tempat paling nyaman (dan lama)  untuk istirahat
meewati  padang rumput
benttangan padang rumput

kawah puncak yang terisi air hujan

mengering yang tetap eksotik
Batu di tengah kawah

team
kawah aktif
sherpa & FPIK
bersama edelwies (saya)
Perjalanan pulang "kami akan kembali"

perjalanan pulang "di antara kawah"
sampai ketemu lain waktu


Top Picture

 Eit eit eit ngopo mas C-man??














Semarang-Ungaran-Salatiga-Temanggung-Bulu-Pager gunung-Cepit.
Thanks to Mas Aan, Mas Kharis, Mas Afirman, Mas Tarhadi, Mbak Dina, Mbak Andjasti

jangan lupa ada kisah dibelakang layarnya hehe
http://oseanografi-yuwonoceanografer.blogspot.com/2014/12/adventure-pendakian-sumbing-dibuang.html

4 komentar:

  1. mas, kalau naik lewat jalur cepit terus mau turun lewat jalur garung bisa gak??
    tolong infonya....thx

    BalasHapus
  2. bisa saja mas..
    nanti ada pertemuan antara jalur cepit dan jalur garung.
    selamat mendaki :)

    BalasHapus
  3. Pertemuannya di sekitar mana ya mas ?

    BalasHapus
  4. mau puncak mas.... Sekitaran batu kotak

    BalasHapus