Senin, 08 Desember 2014

Pendakian Sumbing, Dibuang Sayang

Ah.....sempat juga.

Pesan SMS terakhir dari seorang kawan mengingatkan lagi akan sebuah permintaan satu atau mungkin dua tahun yang lalu waktu mendaki di Semeru.

“mas ceritakan lah pendakian konyolmu”

Haha..biasa setiap mendaki, pasti ada cerita.

Sebenarnya saya malas menceritakan. Semacam aib sih. Karena tanpa bermaksud sombong, saya memang tidak punya catatan buruk dalam mendaki hehehe

Tapi....demi kebaikan bersama, ok lah saya ceritakan sedikit. Boleh tersenyum, atau tertawa, atau blank. Namun, terpenting hal seperti ini semoga tidak terjadi pada sahabat-sahabat pendaki. Semoga sahabat pendaki memang mempersiapkan dengan baik saat mau mendaki. Bukan apa- apa, karena saaat kita kedapatan pada kondisi konyol, percayalah yang di fikiran kita saaat itu bukan “wow...keren, lucu, pengalaman berharga!!”. Bukan!! Yang terfikirkan hanya semoga waktu berjalan lebih cepat agar segera melewatinya!. Percayalah. ^_^






Sumbing, Kehujanan



Anda pernah mendaki lalu kehujanan? Biasanya kondisi seperti ini.

1. Kehujanan, punya jas hujan. Dipakai, alhamdulillah aman.
2. Kehujanan, tidak membawa Jas hujan, tidak masalah, toh perjalanan pulang. Trabas wae.
3. Kehujanan, lupa tidak membawa jas hujan, segera membuat tenda. Agar bisa ganti baju.
4. Kehujanan, lupa tidak membawa jas hujan, segera membuat tenda. 
5. Menghangatkan diri dengan SB.Kehujanan, lupa tidak bawa jas hujan, berhenti di pos untuk berteduh

Kami  berada pada kondisi no 2. Turun dari sumbing dengan kondisi basah kuyup. Tapi tidak masalah, toh perjalanan pulang. Dingin sih, tapi nanti juga sampai di pos dan mungkin lebih hangat. Sayang harapan hanyalah harapan. Satu kawan kami tidak bisa melanjutkan perjalanan karena sakit.

Ok...karena ada gen kepahlawanan dalam diri saya (ehm.!! Sebenarnya lebih pas dikatakan sok pahlawan) akhirnya setengah dari tim melanjutkan pulang, setengahnya lagi menemani semalam kawan yang sakit.

Kami membuat 2 tenda. Kecuali kedinginan karena baju kami basah, tidak ada yang aneh sampai jam sembilan malam saat kami mau tidur


Oh iya...saya masih ingat pemeran-pemerannya
Ada aan dari geodhesi, ada firman dari kelautan, ada andjas dari kedokteran, ada cman dari kelautan (sebenarnya namanya mas kharis, tapi lebih suka dipanggil mas cman), ada tarhadi dari kelautan, rustom dari perikanan, dan dina dari t.industri
yang dari kedokteran yang sakit.
Jadi kami merawat dokter..wow keren bro B-)


Ok..kembali lagi
Kecuali kedinginan karena baju kami basah, Tidak ada yang aneh sampai jam sembilan malam saat kami mau tidur.

Petaka datang saat......
“mas cman...SB ku dimana?“
“lho...punyaku juga gak ada!”
“waduh...di tas satunya yang di bawa tim yang mau pulang”
“wah punyaku juga” lanjut mas cman agak panik juga. “Tadi tak titipkan juga ke tas team yang pulang”

......
“Ya sudah mas pakai baju tebal saja, jaket atau apa lah..dingin ni”
“yo”
Kita buka tas satunya yang memang khusus baju-baju kami
“lho....tasnya isinya malah alat-alat masak sama baju kain kotor mas, baju dan jaket kita dimana?”
“waduh..jangan-jangan di tas jadi satu trus kebawa mereka juga”
“wah...mati kita”

Jam masih menunjukkan jam 9 malam. Masih 9 jam lagi menuju cahaya terang T_T

Kondisi kami (saya & mas cman) saat itu
- Tenda tidak anti air yang dalamnya agak basah
- Baju basah dan celana basah yang masih terpakai
- Jaket basah. Itupun jaket organisasi, jadi yang sama seperti baju perannya.
- 1 matras
- 2 tas carier basah berisi barang yang tidak bisa dimaksimalkan untuk menghangatkan.
- Alhamdulillah cman kemana nmana selalu bawa sarung, jadi bertambah 1 sarung “logistik” nya. Dan itupun juga basah
Posisi tidur kami, kepala sampai pundak ada pada matras. Kami biarkan punggung sampai kaki bersentuhan langsung dengan dinginnya tenda. Setidaknya kepala lebih hangat.

Kami pun memaksa diri untuk tidur berharap bangun-bangun sudah azan shubuh. Alhamdulillah karena lelah kami tertidur

_______ ________ _______

Entah mimpi apa, saya terbangun.
“semoga tidak telat sholat shubuh” begitu yang selalu terfikir saat terbangun bila tidur di tempat dingin, lelap sih.
Tak lihat jam. Masya Allah...ternyata baru jam 10 malam. Artinya baru tidur satu jam kami sudah terbangun.

Satu hal yang sahabat harus tau, atau mungkin sudah tau. Saat kita merasa dingin dan mau tidur, sebenarnya itu belum dingin yang sebenarnya. Dingin yang sebenarnya itu saat kita terjaga. Entah jam 12 malam, jam1 atau jam 2 malam..dinginnya pasti lebih dingin. Tidak tau mengapa. Mungkin ahli sains yang suka mendaki bisa menjelaskan.
Ok kembali
Masya Allah baru jam 10 malam. Tulang daerah punggung sudah kaku, karena lelah...lebih-lebih dingin.. sekali.
Karena memang tidak ada matras atau SB di bawahnya

Angin (jahat dan dingin) bertiup. Wah....untuk pertama kali saya merasa dingin sedingin dinginnya.

Masya Allah...ternyata mas cman sedang duduk-duduk di dalam pojok tenda
“wah kedinginan aku wik, baru sebentar sudah bangun”

Wkwkwkwkw kami sadar, ternyata tubuh kami memang kompak menolak perlakuan tidak adil kami. Karena bingung akhirnya kami mengubah posisi tidur.
Ganti bagian kepala saya balut dengan jaket. Ok! Perlindungan kedua berupa jaket saya lepas dari tubuh untuk melindungi kepala. Posisi matras yang Cuma satu kami pindah untuk menopang tubuh biar ganti hangat.

Kami bisa tidur lagi. Alhamdulillah

Sayup-sayup mendengar suara hujan saya terbangun lagi. Ternyata hujan lagi.
Lihat jam, hampir saja saya stres. Jam menunjuk angka di tengah-tengah jarum 11 dan 12. Satu setengah jam saja saya tidur.
Mas cman ikutn bangun. “wah...anyep pol!!!”
“sama mas” kapan pagi
“jam berapa?”
“jam 11.30 malam mas”
“masih lama ya”

_______ ______

Begitu seterusnya..
Interval satu sampai satu setengah jam kami terbangun. Dan dengan kondisi yang sama, ngilu + kedinginan kuadrat. Bahkan jam 3 pagi yang harusnya kami dalam kondisi terlelap harus bangun karena alarm Jam tangan meraung-raung. Sial-sial!!!

Jam 4 kami sudah resmi secara de facto tidak tidur, lelah kebangun kebangun.
Punggung lini, kaki kanan dan kiri sudah mati rasa. Tangan sih masih bisa , tapi sakit karena tergesek alas tenda tanpa matras. Ditambah kepala pusing karena kedinginan.

Mountain narcosis...begitu saya menyebutnya


Adzan mulai terdengar walau samar. (atau kami yang mengigau ya karena berharap segera pagi)....Allahuakbar-Allahuakbar.
Alhamdulillah kami benar. Indahnya suara adzan T_T
Sama indahnya seperti adzan magrib kalau pas puasa T_T

Kami putuskan segera keluar, sholat shubuh. Sedikit iri kami dengan tenda sebelah yang damai sentausa,, >_<

Meski dingin dan ngilunya masih sama, setidaknya sebentar lagi terang.. yow yow matahari...muncullah muncullah!!! T_T

Untuk selanjutnya tidak usah saya ceritakan ya.
Ehm...seperti kisah-kisah cinta pas kedua pasangan ketemu. Dramatisasinya kami bertemu dengan hangatnya matahari juga seperti itu.


Itu pendakian tersulit pertama saya. Sulit bukan karena medannya, tapi karena kekonyolan dan ketidak hati-hatian kami dalam menghadapi lapangan.

Sari intinya nya?
Ok sari sari yang harus diminum ada beberapa poin
- Pastikan (apalagi ini musim hujan) bawalah jas hujan meskipun tidak terlihat mau hujan.
- Pastikan bekal yang kita punya ya apa yang kita bawa, jangan khusukan tas khusus untuk ini, khusus untuk itu. Biasanya ada tas khusus logistik makanan. Pernah kejadian pendaki pingsan karena makanannya di bawa tas temennya dan temennya sudah melaju jauh. Andapun ada tas khusus, pastikan tetap sisakan logistik pada tas anda
- Percayalah safety saat mendaki itu akan lebih bisa menikmati daripada nekad.
- Saat mendaki, ingatlah wajah senyum orangtuamu yang bisa saja hilang karena kita mendapat aral bahaya dari kekonyolan kita
Terimakasih :-)

foto-foto dan cerita indah yang sudah di edit-edit ada disini hehe

http://oseanografi-yuwonoceanografer.blogspot.com/2012/09/adventure-pendakian-sumbing-alam-sunyi.html

2 komentar:

  1. Kisah yang seru mas. Butuh mempersiapkan dgn matang memang. Semangat menulis mas :)

    BalasHapus
  2. Tapi walau serum saya tidak mau mengulang mbak nurul hehe
    sip!

    BalasHapus