Rabu, 31 Agustus 2016

Menjaga verbena brasiliensis vell Part I



Akhir-akhir ini kalau kita mengikuti kabar pendakian Semeru, atau langsung ke TKP (baca : mendaki) kita akan disuguhi pemandangan, boleh juga disebut berita karena sudah diberitakan, tentang Verbena Brasiliensis Vell. Ehm...atau lavendernya Semeru, meski sebenarnya itu bukan bunga lavender.

Ini lho bunganya
 
Sumber : http://tango.image-static.hipwee.com/wp-content/uploads/2016/05/hipwee-Oro-750x563.jpg




Beritanya sih tentang berbahayanya itu bunga, yang mana ekosistemnya bersifat mendominasi, bersifat invasif, menyerap banyak air, membahayakan, dan endingnya memakan....eh, mengalahkan ekosistem asli pegunungan.
Lalu....Yaaa harus dimusnakan deh.

Sebagai pecinta bunga itu, begitu mendengar kabar bahwa bunga itu memang baiknya dimusnakan, saya jadi adem panas sendiri. Selalu meng update berita tentang perkembangan Semeru dari internet guna memastikan apakah bunga tesebut memang sudah hangus dimusnahkan atau masih tersisa. Syukur sampai detik saya menulis opini ini bunga itu masih ada tumbuh disana walau sudah berkurang.

Sedikit info tentang bunga ini karena memang hanya sedikit yang saya tahu.
Kabarnya bunga dari family Verbenaceae yang mempunyai dominasi di Amerika Utara, Amerika Selatan, Australia, dan beberapa lokasi di eropa ini dibawa oleh Kolonial Belanda saat penjajahan. Penjajah yang membawa bunga yang juga punya kemampuan menjajah. 

Selalu jadi pertanyaan saya. Meskipun bunga itu ada potensi membahayakan, apakah memang harus dimusnahkan? Apakah tidak bisa dibudidayakan dengan dibatasi atau dikurangi?

Ada dua alasan mengapa saya masih kolot ingin agar bunga itu bertahan. 
1.     Masih ada spesies jenis lain yang lebih membahayakan
Untuk informasi saja, selain bunga verbena, ternyata masih ada spesies lain yang juga membahayakan. Diantaranya, adas (foeniculum vulgare mill), kirinyuh (chromolaena odorata), dan kiambang atau kayapu (Salvinia molesta). Tanaman itu juga bersifat dominataif dan invasif. Tapi sebenarnya ada spesies lain yang lebih membahayakan. Spesies itu ternyata saya, anda, dan kita semua pendaki Semeru. MANUSIA. Ya..saya, anda, dan semua pendaki bila terkena penyakit gila "merasa enjoy saat membuang sampah" itulah spesies yang jauh lebih membahayakan Semeru. Saat kita membuang sampah sebenarnya kita menjadi perusak abadi Semeru, karena jelas apa yang kita buang yang kebanyakan sampah plastik akan sangat lama di daur ulang oleh alam dan akan merubah bentuk tanah. Mulai dari struktur, kandungan , sampai kesuburan. Seharusnya sih spesies manusia macam itu yang harus dimusnahkan (dilarang) di Semeru he.e

Bayangkan, kalau memang bunga itu dari Kolonial Belanda berarti anggap saja sekurang-kurangnya sudah 71 tahun hidup di Semeru, atau misal belanjad membawa bunga ini sudah dari jauh-jauh tahun, artinya mungkin saja bunga ini lebih dari 100 tahun hidup "numpang" di Semeru, namun apakah ada kerusakan berarti? Paling baru bertambah luasnya dan BERPOTENSI merusak ekosistem lain. Kalau dikurangi saja, pasti tingkat ancamannya jadi sangat berkurang atau kecil. Namun kalau manusia, ada pendaki yang buang sampah, atau efek kebakaran..setahun saja tanpa dikendalikan pasti Semeru sudah rusak sak sak sak.! 

Asalkan bunga yang baru BERPOTENSI membahayakan itu dikendalikan, dikurangi, pasti akan lebih membawa banyak manfaat daripada kerugiannya. Jadi sebenarnya jauh lebih mudah mengendalikan bunga verbena daripada pendaki-pendaki alay. Ingat efek pendaki seperti bangunan, sampah, dll pun juga BERPOTENSI (sangat sudah jelas) juga merusak Mahameru.

     2.    Bunga itu ada Nilai ekonomi.
Tentu lah kita semua tahu bunga dengan ketinggian 1 – 1.5 m tersebut adalah salah satu daya tarik Semeru, selain Ranu kumbolo, dan Mahameru pastinya. Bunga itu adalah salah satu alasan kenapa orang mendaki. Tentu kalau dimusnahkan akan membuat passion pendaki (salah satunya saya) jadi berkurang.

Kita semua tahu, sebuah tatanan alam yang membuat ribuan orang datang pasti alam yang dulunya baik-baik saja akan menjadi rusak atau berkurang keindahannya. Pendaki datang, lalu ada bangunan di kawasan Semeru, sampah mulai ada, dan sebagainya. Ke alamian kawasan akan berkurang, daya tawar keiindahannya juga berkurang, namun tingkat taraf ekonomi bertambah. Solusinya apakah kawasan dilarang untuk di daki atau dikunjungi? Tentu kan tidak. Solusi yang paling tepat adalah silahkan dijadikan tempat wisata, namun tetap dijaga semaksimal mungkin.

Sama dengan bunga ini, bungai ini mungkin merusak, namun nilai ekonomisnya juga ada. Maka memusnahkan tentu bukan solusi, solusi terbaik adalah tetap membudidayakan bunga itu di mahameru, namun juga harus dijaga agar bunga itu tidak sampai mendominasi.

Dua alasan itu saja sebenarnya.
Intinya saya tetap tidak pernah mendukung bunga itu dihanguskan dari Semeru, karena kemanfaatan bunga itu lebih banyak daripada kerugian. Dan bilapun kerugiannya berupa sifat invasif atau mengalahkan ekosistem lainnya? Ya tinggal babat saja sebagian. Paling tidak sampai satu minggu. Dibanding manfaatnya secara ekonomi dan estetika yang bisa dinikmati kapanpun.

Itu dulu saja mungkin.


---------------
Dibawah ini saya ambil di tahun 2014, masih sangat indah. tidak tahu sekarang 











Tidak ada komentar:

Posting Komentar