Minggu, 30 September 2012

Pendakian Sumbing, Alam Sunyi Sumbing.




Ya... tak akan lari mereka dikejar, tunggulah...tunggulah saat edelwies memutih bersih, sungai-sungai hutan mengalir gemricik, dan hutan cemara bersanding montane tampak rimbun menghijau. Saat itu akan ada ladang sabana ilalang segar menghias lembah. Sunyi dan damai. Engkau tahu apa yang nantinya engkau rasa. Tak akan malu engkau berkata “aku tak mau pulang cepat, biarkanlah aku berlama-lama”, dan tak akan lelah kau bermain dengan pasir di kaldera puncak sambil menulis nama, dan mungin tak akan segan engkau berkata “aku tidak mau lupa, aku tidak mau mata ini saja yang menjadi saksi”... Tapi tunggulah,,karena itu tidak sekarang.
http://mukidi.files.wordpress.com/2009/11/kawasan-lindung-dengan-tembakau.jpg

……………

Minggu, 24 Juni 2012

Pendakian Lawu, Ketika Jari Menggapai Langit

“Saat kami sudah berkumpul di Pom bensin Tembalang, saat kami sudah merasa semua keperluan sudah dirasa cukup. Logistik, tenda, SB, dan semua keperluan,tiba-tiba  1 (satu) menit ketika akan berangkat koordinatornya bilang “oh..iya kami tidak ada yang bawa kamera!”. Waduh, biar mata menjadi saksi??? Gubrak!

 
LAWU, KAMI MENDAKI
                                            Saat di Puncak

Seorang bijak pernah berkata. “Terkadang, bukan kenangan buruk yang membuatmu bersedih, tapi kenangan indah yang kamu tahu, tak akan terulang kembali.”. Saya punya kenangan indah itu, yaa,,saat di Lawu. Saat persaudaraan menjadi terasa lebih indah ketika dikelilingi oleh edelwies, saat jiwa menjadi lebih segar ketika beramai-ramai menyambut mentari dan embun pagi, saat mimpi kami serasa terbang meninggi  ketika jari-jari kami menyentuh langit. Entah kapan bisa terulang (saya kok tidak yakin), dan entah berapa lama merindukan. Ehm….mending kerinduannya ditulis saja, anggap saja biar tidak hanya saya yang merasakan ini (egois ya he,e,e). 

Lawu….saat jari-jari kami akhirnya menyentuh langit. Disinilah saya ingin bercerita.


Sabtu, 07 Januari 2012

Batam Part II, Lake and Team


Dalam sejarah melayu, terdapat seorang nama yang hampir seluruh bangsa melayu mengenalnya. Beliau adalah pahlawan dan pejuang luar biasa yang berasal dari Johor, Kep.Riau. Hang Nadim namanya. Kepahlawanannya mulai dikenal setelah berhasil mengalahkan Portugis dalam beberapa pertempuran di Malaka tAhun 1500-an masehi di bawah kepemimpinannya .

Sekarang ini hang Nadim ada di depanku. Tentu bukan tampak seperti manusia he,e,e. Hang Nadim yang ada di depanku adalah sebuah nama  bandhara Internasional yang ada di Batam. Aku akhirnya sampai di Bandara yang dibangga-banggakan oleh masyarakat kota Batam. Salah satu yang menjadi kebanggaan ternyata bandara Hang Nadim mempunyai landasan pacu terpanjang se Asia Tenggara. Panjang landaan itu sendiri mencapai lebih dari empat Km.

Batam Part I, Petualangan Pun Bermula

“..........tidak perlu melakukan kegiatan yang kurang perlu, tidak perlu panik, duduklah dengan nyaman, dan silakan menonaktifkan handphone dan alat elektronik lainnya karena akan mengganggu keselamatan perjalanan anda. Silakan menanyakan bila ada yang kurang dimengerti dan selamat menikmati penerbangan anda.”  Kira-kira seperti itu kata-kata yang diucapkan semua pramugari kepada orang-orang yang dilihatnya. Tak terkecuali pramugari yang ada di depanku. Jika diperhatikan pramugari-pramugari itu memang menggunakan bahasa dengan kata-kata dan pengucapan kalimat yang sangat lancar, jelas, fasih, dan menggunakan tata bahasa sesuai kaidah, ditambah senyuman dan diimbangi suara merdu yang semakin mempercantik paras yang menghiasi wajahnya.

Pendakian Semeru, Cerita di Tanah Tertinggi di Jawa



       Sebenarnya saya pengen menulis petualangan ke Semeru. Tapi...ah, sebenarnya agak males ngasih tahu cerita_nya. Mau bagaimana lagi, kagak sampai puncak, tapi karena kalian, wahai para follower'sku  penasaran (preet!) ya sudah, tetap aku kisahkan he.he

Namun kali ini bukan tentang petualangannya, hal lain saja agar saya tidak sedih mengingat tidak sampai puncak. Kali ini hal yang menurut saya unik. Mungkin karena awal naik gunung (pendakian ke 3 setelah Merapi, dan Ungaran) jadi belum terlalu bisa adaptasi, atau mungkin memang pendakian memang semua seperti itu kali ya -- Unik dan menarik