Rabu, 31 Agustus 2016

Menjaga verbena brasiliensis vell Part II (end)



Meskipun sekarang diperbolehkan mengambil verbena, namun tidak tahu kenapa saya masih merasa tidak nyaman melihat pendaki  khususnya kaum hawa foto sambil merusak...eh, maksudnya memetik bunga itu. Alasan saya pribadi, memperlihatkan gambar tersebut akan secara tidak langsung mempengaruhi fikiran bawah sadar bagi yang melihat dan muncul kesimpulan bahwa memetik bunga di gunung itu “its ok”. Tidak masalah...




Iya saya tahu, kalian pembaca tulisan ini mungkin pendaki yang smart, tahu aturan. Tapi di luar sana, justru lebih buuaanyaaak pendaki alay nan lebay, yang sangat hoby merusak-porandakan bunga demi kepentingan pribadi (baca : selfiedan). 

Menjaga verbena brasiliensis vell Part I



Akhir-akhir ini kalau kita mengikuti kabar pendakian Semeru, atau langsung ke TKP (baca : mendaki) kita akan disuguhi pemandangan, boleh juga disebut berita karena sudah diberitakan, tentang Verbena Brasiliensis Vell. Ehm...atau lavendernya Semeru, meski sebenarnya itu bukan bunga lavender.

Ini lho bunganya
 
Sumber : http://tango.image-static.hipwee.com/wp-content/uploads/2016/05/hipwee-Oro-750x563.jpg



Selasa, 28 Juni 2016

Pendakian Ungaran, Sendiri

Adzan sayup-sayup terdengar beriring tenggelamnya surya. Kulihat jam sudah menunjuk pada angka 6. Sudah 1 jam  melewati jalanan yang penuh ilalang. Kuamati sekeliling tempat aku berpijak, tampak barisan pohon yang membentuk benteng sepanjang kurang lebih 50 meter, namun di tengahnya terdapat jalan masuk seperti gerbang menuju gua.

“sedikit lagi sampai!”


Aku memang sedikit hapal tempat ini, karena ini pendakianku yang ke 6 di Ungaran. “Bismillah..” Kuminum sedikit bekalku. Lima menit kemudian, aku melihat dataran tertinggi dari Ungaran. Kupastikan itu adalah puncak. Surya sudah benar-benar tenggelam bersama sinarnya. Senter kunyalakan untuk menerangi lokasi-lokasi lain untuk pendirikan tenda, setelah beberapa waktu, akupun menemukan lokasi yang pas. Gelap semakin menandakan malam benar-benar sudah menyelimuti. Setelah sholat magrib, tidak sampai 20 menit tenda sudah berdiri. Kusinari lagi sekeliling lokasi, lalu aku memutuskan untuk istirahat di dalam tenda.

“Sudah kuduga aku akan sendirian disiini” Kataku dalam hati, “tidak ada yang akan mau mendaki di bulan puasa”